09 Desember 2014

Pengalaman Melahirkan Si Kecil : Mendebarkan dengan Riwayat Perdarahan dan Amniotomi

Meski bukan kehamilan yang pertama, namun kehamilan anak ketiga saya ini bisa dibilang cukup mendebarkan dan menegangkan dari mulai trimester pertama kehamilan hingga trimester akhir kehamilan. Semenjak memutuskan untuk memiliki momongan lagi ( anak ketiga ), saya sudah mempersiapkan mental sejak dini. Dengan pengalaman kehamilan pertama dan kedua menjadikan saya jauh lebih siap menghadapi kehamilan yang ketiga tersebut secara psikis. Namun ternyata semuanya di luar dugaan sebelumnya. Kehamilan ketiga saya tidak berjalan mulus seperti kehamilan pertama dan kedua. Berikut berbagi pengalaman kehamilan saya yang mendebarkan bersama Philips Avent #AVENTBabyBirth.
Sejak mengetahui positif hamil, saya tidak langsung terburu-buru memeriksakan kehamilan saya ke dokter spesialis kandungan seperti yang dulu pernah saya lakukan di kehamilan pertama dan kedua. Saya pikir nanti saja jika usia kandungan sudah memasuki minggu ke-8 atau bulan kedua. Saya mencoba menjalani hari-hari kehamilan saya dengan rileks. Tetap beraktifitas mengajar dan antar jemput anak-anak sekolah seperti biasanya, meskipun kehamilan ketiga saya ini ternyata sama dengan kehamilan pertama dan kedua yaitu saya mengalami mabok hebat di sepanjang hari, bukan hanya di pagi hari ( Morning Sickness ). Saya merasa saya cukup sehat dan kuat. Hingga memasuki usia kandungan di minggu ke-8, pada saat saya bersiap hendak memasuki kelas untuk mengajar tiba-tiba saya merasa ada cairan keluar cukup deras sebanyak dua kali, persis seperti hari-hari pertama bila mengalami menstruasi. Seketika itu perasaan saya menjadi tidak enak. Saya bergegas pergi ke toilet untuk memeriksa apakah gerangan yang terjadi. Ternyata dugaan saya benar, celana dalam saya sudah basah memerah oleh darah segar. Seketika itu saya langsung merasa lemas dan sudah pasrah untuk menerima kemungkinan terburuk sekalipun, yaitu keguguran. Dengan kondisi seperti itu, saya urung mengajar dan meminta ijin untuk pulang. Sesampainya di rumah saya menelpon ke berbagai rumah sakit terdekat yang masih ada jam praktek dokter spesialis kandungannya. Ternyata rata-rata jam praktek mereka sudah habis, dan baru ada jam praktek lagi sore hari. Dan baru sore harinya saya diantar suami pergi ke dokter spesialis kandungan. Saya berusaha menguatkan mental untuk menerima kabar seburuk apapun. Namun alhamdulillah...ternyata Allah sangat menyayangi kami. Dari hasil USG dokter mengatakan bahwa janin masih bisa diselamatkan. Kemudian saya diberikan resep obat penguat kandungan dan vitamin kehamilan, serta dianjurkan untuk total bedrest selama satu minggu penuh. Setelah seminggu meminum obat, flek-flek darah masih keluar juga. Akhirnya saya memutuskan untuk memeriksakan kembali kandungan saya. Setelah di USG, menurut dokter janin dalam kondisi baik dan menjelaskan bahwa flek-flek yang masih keluar tersebut adalah sisa-sisa perdarahan dan akan segera berhenti jika sudah habis. Dan memang benar, setelah dua minggu sudah tidak ada lagi flek-flek yang keluar. Alhamdulillah ya Rabb... Dan sebulan kemudian tepatnya memasuki usia kandungan 12 minggu baru saya periksa ke dokter kembali. Dari hasil pemeriksaan USG baru diketahui kembali bahwa penyebab perdarahan saya waktu itu karena letak plasenta yang sebagian menutup jalan lahir mungkin terkena goncangan acap kali saya bersepeda motor melewati jalanan yang terjal dan berbatu. Namun dengan bertambahnya usia kehamilan dokter memperkirakan semoga plasenta bisa naik sejalan dengan bertambah besarnya ukuran rahim. Dan lagi-lagi syukur alhamdulillah, perkiraan dokter memang benar adanya. Saya sedikit bisa bernafas lega.

Seiring berjalannya waktu, bertambah pula usia kehamilan saya. Dan semenjak terjadinya perdarahan itu saya selalu merasa resah. Kenapa? karena senantiasa muncul kekuatiran bahwa pada saat terjadi perdarahan tersebut ada sebagian anggota tubuh janin yang ikut meluruh. Yaa...saya sangat kuatir apabila nantinya debay lahir cacat. Hampir setiap malam selama sisa usia kehamilan saya tidak bisa tidur nyenyak memikirkan hal itu. Dalam setiap untaian doa yang saya panjatkan, saya selalu memohon pada Allah semoga janin saya baik-baik saja. Dan saya selalu rajin menyantap makanan bergizi dan meminum vitamin yang dokter resepkan setiap bulannya. Dengan harapan besar agar janin saya tumbuh sehat dan normal.

Dan tibalah waktunya kandungan saya memasuki usia 40 minggu. Namun anehnya saya belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan sama sekali. Sehingga pada jadwal kunjungan berikutnya yang kebetulan tepat di usia kehamilan 40 minggu, petang itu sekitar pukul 18.00 WIB dokter memberikan dua buah opsi pada saya, mengingat di usia kehamilan 40 minggu cairan omnion akan semakin berkurang dan kualitasnya akan semakin menurun, serta dikuatirkan semakin lama akan terjadi pengapuran. 
  • Opsi pertama, yaitu dilakukan tindakan Amniotomi, yaitu tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion.
    Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. 
  • Opsi kedua, yaitu menunggu selama 3 hari lagi, dan jika tidak juga terjadi kontraksi maka harus dilakukan induksi. 
Amniotomi

Setelah berdiskusi sebentar dengan suami, akhirnya kami memilih opsi yang pertama. Saat itu juga dilakukan pemeriksaan dalam dan dilakukan tindakan Amniotomi. Tidak memakan waktu lama, hanya sekitar satu menitan. Rasanya agak linu dan sakit pada saat dilakukan robekan terhadap selaput omnion. Dan setelah dilakukan tindakan amniotomi, langsung keluarlah cairan seperti lendir bercampur sedikit darah berwarna merah muda. Kemudian dokter mengatakan bahwa setelah tindakan tersebut diharapkan tengah malam itu atau paling lambat esok harinya saya sudah melahirkan. Dan memang benar, belum juga saya keluar dari klinik, rasa nyeri kontraksi mulai menjalar. Namun karena sorenya sebelum pergi ke dokter saya telah berjanji pada anak-anak akan makan malam di mall, sayapun tetap berusaha menemani anak-anak makan malam di resto yang kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari rumah, hanya sekitar lima menit perjalanan menggunakan mobil. Di sana selama menemani anak-anak makan, saya sudah semakin merasakan sakit kontraksi yang makin lama semakin menyengat dan beraturan. Menu makanan yang sudah saya pesan dan tersedia di depan mata seakan tidak mampu membangkitkan selera makan saya. Yang ada saat itu hanya ingin segera pulang ke rumah. Melihat kondisi tersebut, selepas makan kamipun segera kembali ke rumah. Saya merasa waktunya melahirkan sudah dekat. Saya segera mengambil tas yang berisi perlengkapan untuk melahirkan, yang memang sudah saya persiapkan beberapa hari sebelumnya. Saya lihat jam dinding menunjukkan pukul 21.00 malam. Suami meminta ijin untuk mandi sebentar sebelum berangkat mengantarkan saya ke klinik bersalin. Selama menunggu suami mandi, rasa sakit kontraksi semakin kuat dan jaraknya semakin dekat. Dengan berbekal pengalaman melahirkan dua kali sebelumnya, saya meminta suami untuk bergegas. Tepat pukul 21.30 kami sudah sampai di klinik bersalin. Dan saya segera diperiksa, ternyata sudah pembukaan empat. Saya diminta untuk berbaring di tempat tidur untuk bersalin sambil menunggu bidan datang dan perawat menyiapkan semua peralatan. Meskipun itu adalah proses melahirkan yang ketiga kalinya, namun dengan riwayat perdarahan di trimester pertama dan ditambah usia saya yang waktu itu sudah di atas 35 tahun membuat semuanya terasa berat. Suami dengan setia ada di samping saya, berdoa dan senantiasa memberikan dukungan bahwa saya bisa melewatinya. Dan malam itu, tepatnya pada hari Kamis 27 Maret 2014 sekitar pukul 22.30 lahirlah anak kami yang ketiga dengan selamat. Syukur alhamdulillah tak henti-hentinya terucap dari bibir saya dan suami. Semua kekuatiran saya sirna sudah. Debay lahir normal dan selamat tak kurang satu apapun. Berlinang air mata saya atas segala anugerah yang Allah berikan. Debay lahir dengan berat 4100 gram dan panjang 52 cm. Subhanallah...kuasa Illahi yang tiada tara. Dan masih antara haru bahagia, tiba-tiba saya rasakan kecupan hangat suami mendarat di kening saya beserta ucapan " terima kasih ya, Bun...". Dan selang tak berapa lama debay sudah selesai dibersihkan kemudian segera dibisikkan lantunan adzan oleh suami ke telinga si kecil yang kemudian kami beri nama "Rafasha Kenzo Syahrian" yang memiliki arti : Anak laki-laki yang cerdas, pandai, dan berkedudukan tinggi. Semoga kelak engkau tumbuh menjadi anak yang sholeh, cerdas dan memperoleh kedudukan tinggi sesuai dengan namamu ya, Nak... aamiin...

Kenzo beberapa saat setelah lahir

Kenzo usia 1 hari
Kenzo usia 7 bulan 3 minggu

02 November 2014

Masker Pepaya : Sisa MPASI untuk Wajah Berseri

Memiliki kulit wajah yang cantik berseri pastilah menjadi idaman seluruh wanita di dunia. Cantik yang dimaksud di sini adalah kulit wajah yang sehat, berseri, dan tampak segar. Banyak kaum hawa rela merogoh kantong koceknya dalam-dalam untuk memperoleh kulit wajah yang cantik dari mulai oplas, maupun perawatan kulit wajah di salon ataupun dokter spesialis kulit. Padahal di sekitar kita tersedia begitu banyak bahan-bahan alami yang bisa kita gunakan untuk melakukan perawatan wajah sendiri. Buah-buahan, susu, maupun madu adalah contoh bahan alam yang sangat bermanfaat untuk merawat kecantikan kulit kita terutama kulit wajah. Namun biasanya karena alasan malaslah, ribetlah, tidak ada waktulah yang akhirnya membuat para kaum hawa terutama mereka yang disibukkan dengan urusan balita dan tetek bengek urusan rumah tangga akan menyerah untuk melakukan perawatan kulit sendiri di rumah. Nah tips saya kali ini yaitu tentang pemanfaatan sisa MPASI Puree Pepaya untuk memperoleh kulit wajah yang sehat dan berseri.

Kebetulan saya sekarang sedang memiliki bayi lagi, yaitu anak ketiga. Jadilah saya mulai disibukkan dengan urusan MPASI untuk debay begitu usianya menginjak bulan keenam. Pada awal pemberian MPASI pada baby Kenzo saya perkenalkan Puree Pepaya karena teksturnya yang lembut, rasanya yang manis alami, serta ringan dan mudah dicerna oleh bayi usia enam bulan. Namun tak selalu Puree Pepaya yang saya siapkan habis dimakan oleh baby Kenzo. Pada awal pemberian MPASI,  sisa dari Puree Pepaya tersebut selalu saya buang. Tapi lama-kelamaan merasa sayang juga. Akhirnya muncul ide untuk memanfaatkan sisa Puree Pepaya tersebut sebagai masker wajah yang murah meriah tapi memiliki efek yang cukup memuaskan untuk kulit wajah kita.

( foto 3 : setelah 2x pemakaian masker pepaya kulit sudah nampak lebih cerah)

Bahan yang diperlukan :
  • Cukup ambil kurang lebih 2 sdm sisa Puree Pepaya
  • 1 sdt peres susu bubuk full cream

Cara aplikasinya :
  • Campur puree pepaya dan susu bubuk hingga rata
  • Bersihkan kulit wajah kita
  • Poleskan masker pepaya pada permukaan kulit wajah dan leher secara merata
  • Tunggu hingga masker pepaya kering ( kurleb30 - 45 menit )
  • Bilas wajah dan leher dengan air hangat menggunakan washlap, kemudian keringkan dengan lap kering

Nah...ritual tersebut bisa kita lakukan minimal 2 kali seminggu untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dan silahkan anda terkejut dengan hasil luar biasa yang akan anda dapatkan. Saya sudah membuktikan sendiri hasilnya. Baru 3 kali pemakaian, kulit wajah saya nampak lebih cerah berseri dari biasanya. Maklumlah karena jam selesai mengajar saya antara pukul 13.00 - 14.00 WIB. Waktu di mana matahari bersinar sangat teriknya hingga membuat kulit menjadi kusam.

Kandungan zat aktif pepaya untuk kulit wajah :
  1. Antioksidan penyebab komedo, jerawat, dan flek-flek hitam. Kandungan vitamin A, C, dan E pada daging buah pepaya bermanfaat sebagai antioksidan (penangkal radikal bebas) seperti kuman dan bakteri penyebab komedo, jerawat, dan flek hitam.
  2. Antioksidan penyebab penuaan dini. Kandungan enzim papain bermanfaat mendinginkan dan merelaksasi kulit yang terpapar sinar matahari sehingga kulit wajah tidak banyak kehilangan kelembabannya. Hal ini selain menghambat sel-sel kulit wajah mengalami penuaan dini, juga merangsang regenerasi sel-sel kulit wajah yang rusak/sudah mati (peeling).

Tips :
  • Gunakan sisa Puree Pepaya secepatnya, jangan menunggu hingga beberapa jam karena tekstur puree pepaya akan berubah beku seperti agar-agar. Hal ini akan mengurangi penyerapan zat-zat aktif dari pepaya oleh kulit kita
  • Pilihlah pepaya yang sudah matang sempurna, cirinya tektur daging buah cukup memiliki kandungan air dan berwarna merah segar. Kita bisa memilih pepaya california karena tekstur daging buahnya yang lembut saat matang dan rasanya manis pas untuk MPASI.
( foto : google )

- selamat mencoba ;) -

04 September 2014

Sang Penemu : Dunia Anak, Dunia Penuh Imaginasi

Dunia anak, pastilah kita semua sudah pernah mengalaminya. Seru, unik, dan penuh imaginasi. Namun meski sudah pernah mengalami dan melewatinya tetap saja kadang kita merasa tercengang, terbengong-bengong manakala menghadapi hal unik yang terjadi pada buah hati kita. Seperti hal unik satu ini yang saya alami pada " Vivi ", panggilan anak saya yang kedua.

Pada suatu hari dia pulang dari sekolah, dengan gembira ucap salam dan mencium tangan saya. Maknyesss rasanya ya tiap mendapat kehangatan seperti itu dari buah hati kita. Lalu dengan riangnya Vivi bercerita tentang apa yang dia lakukan hari itu di sekolah. Dari mulai bercerita kegiatan menggambar, bernyanyi, sampai pada teman-temannya yang usil juga Vivi ceritakan. Nah...tiba-tiba dia menyeletuk " Bun, kakak punya kejutan deh", sambil tangan mungilnya mengeluarkan sesuatu dari kantong baju seragamnya. Kemudian dengan lucunya dia bilang " Taraaa....liat, Bun. Kakak menemukan manik-manik ini di sekolah ". Makjleb deh rasanya hihihiii... Pengen ketawa saat itu, tapi takut dianya ngambek :). Lalu saya bilang padanya, "Ihh...kakak, jangan sembarangan pungut barang gak jelas di jalan atau di luar rumah. Siapa tau itu kotor, dan ada kumannya ". Eh...di luar dugaan saya tiba-tiba Vivi menjawab " Udah kakak cuci kok bunda di sekolahan tadi. Jadi udah bersih kan, Bun..?" Merasa tidak punya jawaban saat itu untuk menolak akhirnya saya iyakan saja. Esoknya saat Vivi di sekolah, saya beresin rumah dan melihat manik-manik yang ia temukan tergeletak di meja belajarnya. Tanpa pikir panjang manik-manik itu saya buang di tempat sampah. Yang ada dalam pikiran saya saat itu 'apaan sih ini, cuma manik-manik dari plastik'. Sepulang dari sekolah seperti biasa sehabis salam dan cium tangan tiba-tiba Vivi terlihat seperti mencari-cari sesuatu di mejanya. Melihat itu saya tanya apa yang ia cari. Ternyata ia mencari manik-manik yang ia temukan itu. "Waduh, Kak. Udah bunda buang. Orang cuma manik-manik gituan aja". Seketika itu juga wajahnya cemberut, untung tidak sampai menangis. Melihat itu saya jadi menyesal. Akhirnya saya bujuk dia bahwa nanti saya belikan yang baru kalau kebetulan ke toko fotocopy yang biasanya menjual pernak-pernik seperti itu. Diapun mengangguk dan bilang " Tapi janji ya nanti kakak dibeliin ".

Sebenarnya itu bukan kali pertama Vivi menemukan sesuatu benda dan di bawa pulang ke rumah. Sebelum-sebelumnya sudah berkali-kali dia melakukan hal yang sama. Hanya saja baru kali itu dia terlihat cemberut saat mengetahui benda temuannya saya buang. Biasanya dia lupa dan tidak pernah menanyakannya lagi. Berawal dari situ setiap kali Vivi pulang dan bercerita serta menunjukkan benda temuannya. Saya tidak pernah langsung membuangnya. Saya biarkan dia menikmati dan bermain dengan benda temuannya itu dengan catatan benda tersebut sudah bersih dan tidak berbahaya. Kalau sudah lewat beberapa lama, dan tergeletak beberapa hari di meja itu pertanda dia sudah mulai lupa dan bosan dengan benda temuannya tersebut. Barulah saya membuangnya agar tidak memenuhi rumah dengan benda-benda temuannya yang kadang menurut saya 'apaan sih ini' hehehe... Ini contoh benda-benda temuan Vivi yang masih "belum" dibuang :

Vivi dengan salah satu benda temuannya




Dari pengalaman tersebut jadi ada hal berharga yang bisa saya petik :
  • Dunia anak memang sangatlah berbeda dengan dunia kita orang dewasa. Anak-anak lebih berfikir simple, bermain, dan gembira
  • Dunia imajinasi anak bisa merubah benda yang kita lihat tidak berharga menjadi suatu benda yang sangat luar biasa
  • Memberi buah hati kita kesempatan berimajinasi akan membangun kreatifitas anak tersebut, so give it

01 September 2014

Festival Kuliner Serpong 2014 : Datang, Rasakan, dan Jelajahi Kekhasan Kuliner Sulawesi

Jelajah kuliner ?!? Hemm...pasti yang terbayang pertama kali adalah aneka hidangan yang begitu lezat dan menggugah selera ya. Apalagi kalau berjelajah kuliner nusantara, wah tidak pernah ada habisnya.  Nusantara dengan ribuan pulaunya menyimpan begitu banyak cita rasa nan khas yang patut untuk dilestarikan. Siapa lagi kalau bukan tugas kita sebagai pewaris budaya untuk melestarikannya. Sehingga kelak bisa kita wariskan dengan bangga untuk generasi selanjutnya. Betulll...? ;)

26 Agustus 2014

Sepuluh Tahun Aku Membenci Suamiku

KISAH di bawah ini beredar di berbagai forum, fanpage facebook, dan blog. Entah siapa yang menuliskannya, namun satu hal yang pasti, kita bisa memetik pelajaran sangat banyak darinya. Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senan g dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya .
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas.
Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat, kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon.
Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi.
Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “Selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera.
Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.
Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama.
Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.
Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai.
Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu.
Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana.
Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikanny a, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah
karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas.
Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya.
Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya , tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikanny a atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

25 Agustus 2014

Mengapa Harga Satu Ampul Darah Mahal ?


Mengapa ya saat kita butuh darah, kita harus membayarnya dengan harga yang cukup mahal untuk tiap ampul darah ? Bukankah PMI memperolehnya dari para pendonor bisa dibilang ' GRATIS ' atau hanya bermodalkan mie instant, susu, bubur kacang hijau, ataupun suplemen penambah darah. Bagaimana bila ada seorang pasien membutuhkan darah dan ada anggota keluarganya yang bersedia mendonorkan darahnya, apakah tetap dikenakan biaya ataukah cuma-cuma. Yuk...kita simak yang berikut ini mengapa satu ampul darah menjadi sangat mahal ketika ada pasien yang sangat membutuhkannya.

Sebenarnya uang yang dibayarkan untuk menebus satu ampul darah bukan untuk membayar darahnya, melainkan untuk membayar biaya-biaya yang diperlukan untuk rangkaian panjang pemrosesan darah tersebut untuk memastikan darah tersebut aman dan layak ditransfusikan ke tubuh pasien yang membutuhkannya. Biaya untuk apa sajakah itu ?
  • Tes HB
  • Tes Gol Darah
  • Tes Tensi
  • Cek Hepatitis B
  • Cek Hepatitis C
  • Cek Hiv/Aids
  • Biaya Screening
  • Biaya Pengolahan
  • Donat,Popmie,Telur,Milo,Air Putih/Makanan lain yg Disediakan.
  • Honor Suster dan Dokter yg memeriksa & mengambil darah
  • Kantong Darah ( masih Import )
  • Tempat penyimpanan darah dengan freezer khusus yang harga per unitnya ratusan juta rupiah
  • Operasional UTD ( Listrik, Telepon, karyawan, mobil PMI, dan lai-lain )

Jadi dengan mengganti biaya pengolahan darah sebesar 250rb/kantong, tentu saja merupakan biaya yang wajar .

*Biaya di atas belum termasuk Cross Mayor/Minor,Wash dan Pengecekan Lebih Mendetail hingga bisa ditransfusikan ke tubuh pasien..

Darah yg Dibutuhkan Pasien pun berbeda2, anda perlu mengenal apakah itu
*- WB 350/450CC
*- PRC 175 / 250CC
*- Trombosit 1orang/ Hasil Olah Beberapa orang
- Dan Jenis Lainnya.

Yang harus kita hindari sesungguhnya adalah jangan sampai stok darah kosong karena masyarakat enggan mendonorkan darahnya, bayangkan jika kita punya uang tapi kebutuhan darah tidak terpenuhi, apa yang akan terjadi ?

Hilangkan prasangka buruk dan negatif, hilangkan tuduhan bahwa ada praktek jual-beli darah, yang harus kita budayakan adalah kesadaran mendonorkan darah secara sukarela...karena setetes darah anda berarti bagi kehidupan mereka yang membutuhkannya

24 Agustus 2014

5 Tanaman Pencegah Kanker

Kanker adalah salah satu penyakit yang ditakuti semua orang. Bahkan, menjadi tiga besar pembunuh di Indonesia.

Banyak cara dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Bisa dengan olahraga, menerapkan pola hidup sehat, dan mengonsumsi ramun tradisional.

Berikut adalah lima jenis rempah dan tanaman obat yang diyakini mampu melawan sel kanker, seperti dilansir laman Dummies.

Jahe
Jenis tanaman umbi ini telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati flu sampai sembelit. Jahe dapat digunakan dalam kondisi utuh, bentuk bubuk (bumbu jahe), atau manisan. Jahe memiliki enzim anti kanker yang sekaligus menghilangkan mual dalam pengobatan kanker.

Daun rosemary
Daun ini berasal dari tanah mediterania yang merupakan sumber antioksidan yang baik. Minum dua sampai tiga cangkir teh rosemary dapat memperkuat daya tahan tubuh. Adapun di Indonesia, kini sudah tersedia di supermarket premium.

Kunyit
Zat curcumin pada kunyit bersifat antioksidan dan anti peradangan. Konsumsi parutan kunyit dicampur madu dapat membentengi tubuh dari mutasi sel ganas.

Cabai merah
Cabai mengandung capsaicin, senyawa yang dapat mengurangi rasa sakit. Saat ini tengah dilakukan riset tentang krim cabai merah yang dapat membunuh sel kanker.

Bawang putih
Mengandung senyawa arginin, oligosakarida, flavonoid, dan selenium, bawang putih dapat memerangi sel ganas dalam tubuh. Selain itu, tanaman umbi ini juga mampu meningkatkan imunitas dan mengurangi tekanan darah

 

23 Agustus 2014

Aku Akan Menggendongmu Hingga Ajal Memisahkan Kita


Pada hari pernikahanku, aku menggendong istriku. Mobil pengantin berhenti di depan apartment kami. Teman-teman memaksaku menggendong istriku keluar dari mobil. Lalu aku menggendongnya ke rumah kami. Dia tersipu malu-malu. Saat itu, aku adalah seorang pengantin pria yang kuat dan bahagia.
Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.




Hari-hari berikutnya berjalan biasa. Kami memiliki seorang anak, aku bekerja sebagai pengusaha dan berusaha menghasilkan uang lebih. Ketika aset-aset perusahaan meningkat, kasih sayang diantara aku dan istriku seperti mulai menurun.Istriku seorang pegawai pemerintah. Setiap pagi kami pergi bersama dan pulang hampir diwaktu yang bersamaan. Anak kami bersekolah di sekolah berasrama. Kehidupan pernikahan kami terlihat sangat bahagia, namun kehidupan yang tenang sepertinya lebih mudah terpengaruh oleh perubahan-perubahan yang tak terduga.Lalu Jane datang ke dalam kehidupanku.

Hari itu hari yang cerah. Aku berdiri di balkon yang luas. Jane memelukku dari belakang. Sekali lagi hatiku seperti terbenam di dalam cintanya. Apartment ini aku belikan untuknya. Lalu Jane berkata, "Kau adalah laki-laki yang pandai memikat wanita." Kata-katanya tiba-tiba mengingatkan ku pada istriku. Ketika kami baru menikah, istriku berkata "Laki-laki sepertimu, ketika sukses nanti, akan memikat banyak wanita." Memikirkan hal ini, aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu, aku telah mengkhianati istriku. Aku menyampingkan tangan Jane dan berkata, "Kamu perlu memilih beberapa furnitur, ok? Ada yang perlu aku lakukan di perusahaan." Dia terlihat tidak senang, karena aku telah berjanji akan menemaninya melihat-lihat furnitur. Sesaat, pikiran untuk bercerai menjadi semakin jelas walaupun sebelumnya tampak mustahil. Bagaimanapun juga, akan sulit untuk mengatakannya pada istriku. Tidak peduli selembut apapun aku mengatakannya, dia akan sangat terluka. Sejujurnya, dia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam, dia selalu sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk di depan televisi. Makan malam akan segera tersedia. Kemudian kami menonton TV bersama. Hal ini sebelumnya merupakan hiburan bagiku. Suatu hari aku bertanya pada istriku dengan bercanda, "Kalau misalnya kita bercerai, apa yang akan kamu lakukan?" Dia menatapku beberapa saat tanpa berkata apapun. Kelihatannya dia seorang yang percaya bahwa perceraian tidak akan datang padanya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya ketika nanti dia tahu bahwa aku serius tentang ini.

Ketika istriku datang ke kantorku, Jane langsung pegi keluar. Hampir semua pegawai melihat istriku dengan pandangan simpatik dan mencoba menyembunyikan apa yang sedang terjadi ketika berbicara dengannya. Istriku seperti mendapat sedikit petunjuk. Dia tersenyum dengan lembut kepada bawahan-bawahanku. Tapi aku melihat ada perasaan luka di matanya.

Sekali lagi, Jane berkata padaku, "Sayang, ceraikan dia, ok? Lalu kita akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak bisa ragu-ragu lagi.Ketika aku pulang malam itu, istriku sedang menyiapkan makan malam. Aku menggemgam tangannya dan berkata, "Ada yang ingin aku bicarakan." Dia kemudian duduk dan makan dalam diam. Lagi, aku melihat perasaan luka dari matanya.Tiba-tiba aku tidak bisa membuka mulutku. Tapi aku harus tetap mengatakan ini pada istriku. Aku ingin bercerai. Aku memulai pembicaraan dengan tenang.Dia seperti tidak terganggu dengan kata-kataku, sebaliknya malah bertanya dengan lembut, "Kenapa?".Aku menghindari pertanyaannya. Hal ini membuatnya marah. Dia melempar sumpit dan berteriak padaku, "Kamu bukan seorang pria!" Malam itu, kami tidak saling bicara. Dia menangis. Aku tahu, dia ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam pernikahan kami. Tapi aku sulit memberikannya jawaban yang memuaskan, bahwa hatiku telah memilih Jane. Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya mengasihaninya!.

Dengan perasaan bersalah, aku membuat perjanjian perceraian yang menyatakan bahwa istriku bisa memiliki rumah kami, mobil kami dan 30% aset perusahaanku.
Dia melirik surat itu dan kemudian merobek-robeknya. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya denganku telah menjadi seorang yang asing bagiku. Aku menyesal karena telah menyia-nyiakan waktu, daya dan tenaganya tapi aku tidak bisa menarik kembali apa yang telah aku katakan karena aku sangat mencintai Jane. Akhirnya istriku menangis dengan keras di depanku, yang telah aku perkirakan sebelumnya. Bagiku, tangisannya adalah semacam pelepasan. Pikiran tentang perceraian yang telah memenuhi diriku selama beberapa minggu belakangan, sekarang menjadi tampak tegas dan jelas.

Hari berikutnya, aku pulang terlambat dan melihat istriku menulis sesuatu di meja makan. Aku tidak makan malam, tapi langsung tidur dan tertidur dengan cepat karena telah seharian bersama Jane.
Ketika aku terbangun, istriku masih disana, menulis. Aku tidak mempedulikannya dan langsung kembali tidur.
Paginya, dia menyerahkan syarat perceraiannya: Dia tidak menginginkan apapun dariku, hanya menginginkan perhatian selama sebulan sebelum perceraian. Dia meminta dalam 1 bulan itu kami berdua harus berusaha hidup sebiasa mungkin. Alasannya sederhana : Anak kami sedang menghadapi ujian dalam sebulan itu, dan dia tidak mau mengacaukan anak kami dengan perceraian kami.Aku setuju saja dengan permintaannya. Namun dia meminta satu lagi, dia memintaku untuk mengingat bagaimana menggendongnya ketika aku membawanya ke kamar pengantin, di hari pernikahan kami. Dia memintanya selama 1 bulan setiap hari, aku menggendongnya keluar dari kamar kami, ke pintu depan setiap pagi. Aku pikir dia gila. Aku menerima permintaannya yang aneh karena hanya ingin membuat hari-hari terakhir kebersamaan kami lebih mudah diterima olehnya. Aku memberi tahu Jane tentang syarat perceraian dari istriku. Dia tertawa keras dan berpikir bahwa hal itu berlebihan. "Trik apapun yang dia gunakan, dia harus tetap menghadapi perceraian!", kata Jane, dengan nada menghina.

Istriku dan aku sudah lama tidak melakukan kontak fisik sejak keinginan untuk bercerai mulai terpikirkan olehku. Jadi, ketika aku menggendongnya di hari pertama, kami berdua tampak canggung. Anak kami tepuk tangan di belakang kami. Katanya, "Papa menggendong mama!" Kata-katanya membuat ku merasa terluka. Dari kamar ke ruang tamu, lalu ke pintu depan, aku berjalan sejauh 10 meter, dengan dirinya dipelukanku. Dia menutup mata dan berbisik padaku, "Jangan bilang anak kita mengenai perceraian ini." Aku mengangguk, merasa sedih. Aku menurunkannya di depan pintu. Dia pergi untuk menunggu bus untuk bekerja. Aku sendiri naik mobil ke kantor.

Hari kedua, kami berdua lebih mudah bertindak. Dia bersandar di dadaku. Aku bisa mencium wangi dari pakaiannya. Aku tersadar, sudah lama aku tidak sungguh-sungguh memperhatikan wanita ini. Aku sadar dia sudah tidak muda lagi, ada garis halus di wajahnya, rambutnya memutih. Pernikahan kami telah membuatnya susah. Sesaat aku terheran, apa yang telah aku lakukan padanya.

Hari keempat, ketika aku menggendongnya, aku merasa rasa kedekatan seperti kembali lagi. Wanita ini adalah seorang yang telah memberikan 10 tahun kehidupannya padaku.
Hari kelima dan keenam, aku sadar rasa kedekatan kami semakin bertumbuh. Aku tidak mengatakan ini pada Jane. Seiring berjalannya waktu semakin mudah menggendongnya. Mungkin karena aku rajin berolahraga membuatku semakin kuat.

Satu pagi, istriku sedang memilih pakaian yang dia ingin kenakan. Dia mencoba beberpa pakaian tapi tidak menemukan yang pas. Kemudian dia menghela nafas, "Pakaianku semua jadi besar." Tiba-tiba aku tersadar bahwa dia telah menjadi sangat kurus. Ini lah alasan aku bisa menggendongnya dengan mudah.
Tiba-tiba aku terpukul. Dia telah memendam rasa sakit dan kepahitan yang luar biasa di hatinya. Tanpa sadar aku menyentuh kepalanya.Anak kami datang saat itu dan berkata, "Pa, sudah waktunya menggendong mama keluar." Bagi anak kami, melihat ayahnya menggendong ibunya keluar telah menjadi arti penting dalam hidupnya. Istriku melambai pada anakku untuk mendekat dan memeluknya erat. Aku mengalihkan wajahku karena takut aku akan berubah pikiran pada saat terakhir. Kemudian aku menggendong istriku, jalan dari kamar, ke ruang tamu, ke pintu depan. Tangannya melingkar di leherku dengan lembut. Aku menggendongnya dengan erat, seperti ketika hari pernikahan kami.Tapi berat badannya yang ringan membuatku sedih.

Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya, sulit sekali bagiku untuk bergerak. Anak kami telah pergi ke sekolah. Aku menggendongnya dengan erat dan berkata, "Aku tidak memperhatikan kalau selama ini kita kurang kedekatan."
Aku pergi ke kantor, keluar cepat dari mobil tanpa mengunci pintunya. Aku takut, penundaan apapun akan mengubah pikiranku. Aku jalan keatas, Jane membuka pintu dan aku berkata padanya,
"Maaf, Jane, aku tidak mau perceraian."
Dia menatapku, dengan heran menyentuh keningku. "Kamu demam?", tanyanya. Aku menyingkirkan tangannya dari kepalaku. "Maaf, Jane, aku bilang, aku tidak akan bercerai." Kehidupan pernikahanku selama ini membosankan mungkin karena aku dan istriku tidak menilai segala detail kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai. Sekarang aku sadar, sejak aku menggendongnya ke rumahku di hari pernikahan kami, aku harus terus menggendongnya sampai maut memisahkan kami.
Jane seperti tiba-tiba tersadar. Dia menamparku keras kemudian membanting pintu dan lari sambil menangis. Aku turun dan pergi keluar.
Di toko bunga, ketika aku berkendara pulang, aku memesan satu buket bunga untuk istriku. Penjual menanyakan padaku apa yang ingin aku tulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis, "Aku akan menggendongmu setiap pagi hingga ajal memisahkan kita".
Sore itu, aku sampai rumah, dengan bunga di tanganku, senyum di wajahku, aku berlari ke kamar atas, hanya untuk menemukan istriku terbaring di tempat tidur - meninggal. Istriku telah melawan kanker selama berbulan-bulan dan aku terlalu sibuk dengan Jane sampai tidak memperhatikannya. Dia tahu dia akan segera meninggal, dan dia ingin menyelamatkanku dari reaksi negatif apapun dari anak kami, seandainya kami jadi bercerai. -- Setidaknya, di mata anak kami --- aku adalah suami yang penyayang.


Pesan moral yang bisa kita petik :
Sesuatu akan terasa sangat berharga pada saat kita kehilangan. Oleh karena itu, mari kita belajar dari sekarang untuk mensyukuri apa yang sudah kita miliki. Belajar untuk senantiasa mencintai dan memegang teguh janji suci seperti awal kita mencintai pasangan hidup kita. Tak ada bahtera tanpa terjangan badai. Senantiasa kita hidupkan cinta untuk bisa bertahan bahkan melalui badai tersebut. Mengingat kembali apa yang dulu membuat kita mencintai pasangan kita. Apa yang membuat kita begitu tergila-gila padanya. Semoga dengan menghidupkan setiap detil romantisme akan bisa selalu menjaga kesetiaan kita pada pasangan kita masing-masing. Aamiin...

22 Agustus 2014

Kastengel

Bahan :
25 gr margarin
150 gr butter
2 butir kuning telur
125 gr keju edam, parut
225 gr tepung terigu protein sedang
keju cheddar parut untuk taburan secukupnya
Bahan Olesan :
2 butir kuning telur + 1 sdt margarin
(campur dan aduk rata)
Cara Membuat :
- Kocok butter, margarin dan kuning telur hingga sedikit mengembang (sebentar aja ya).
- Masukkan terigu dan keju edam sedikit demi sedikit sambil diaduk rata menggunakan spatula.
- Gilas adonan menggunakan rolling pin dan cetak sesuai selera.
- Tata di loyang yang sudah dioles tipis margarin, beri olesan dan taburi keju cheddar parut.
- Panggang dalam oven bersuhu 160'C selama 20-30 menit hingga matang.
- Angkat dan dinginkan di atas colling rack baru dimasukkan ke dalam wadah kedap udara.

17 Agustus 2014

AMERICAN RISOLLES ( AMRIS ) #MODIF


American Risolles atau biasa dikenal dengan Amris. Camilan yang satu ini hampir mirip dengan risoles biasa pada umumnya, bedanya hanya terletak pada isiannya saja. Tapi kali ini saya membuat kulitnya tidak dengan campuran tepung terigu dan susu melainkan menggunakan cara praktis yaitu memakai roti tawar kupas. Maklum kalau pagi-pagi menyiapkan ini itu buat bekal anak-anak ke sekolah lumayan ribet. Jadi pilih yang praktis tapi anak-anak tetap suka. Oh ya, untuk amris modif inipun saya tidak menggunakan daging asap atau smoked beef, tapi saya ganti menggunakan sosis goreng. Praktis tapi tetap nikmat dan enak bingiiits di lidah :)

Bahan :

1 pack roti tawar kupas isi 10 lembar (pilih yg rotinya lembut dan empuk)
4 buah sosis goreng ( goreng sosis, kemudian iris serong tipis-tipis)
2 butir telur rebus ( tiap butir iris menjadi 5 bagian memanjang atau sesuai selera)
100 gr keju cheddar ( iris memanjang menjadi 10 bagian )
2 butir telur ( kocok lepas )
Tepung roti ( saya lebih suka menggunakan tepung roti merk 'Mama Suka', lebih bersih dan renyah )
Mayonais ( saya juga menggunakan merk Mama Suka )

Cara Membuat :

1.Ambil selembar roti tawar, pipihkan menggunakan telapak tangan beralaskan talenan.
2. Isi dengan irisan sosis goreng, irisan telur rebus, potongan keju, dan 1 sdt mayonais.
3. Lipat menjadi dua, pada bagian tepi oles dengan kocokan telur sedikit untuk merekatnya sisi-sisi pinggirnya kemudian pencet tepinya hingga tidak ada bagian yang terbuka.




4. Celupkan ke dalam kocokan telur, kemudian gulingkan pada tepung roti hingga menempel rata.
5. Ulangi langkah 1 s/d 4 hingga semua lembar roti tawar habis.


6. Goreng amris hingga kuning keemasan.
7. Sajikan hangat dengan cabe rawit atau sambal botolan.

15 Agustus 2014

EGG CHICKEN ROLL

Anak-anak saya paling doyan makan hoka-hoka bento, terutama Egg Chicken Rollnya. Tapi makin lama harga di resto tsb makin melambung. Akhirnya iseng-iseng surfing di internet mencari resepnya. Dan ternyata banyak sekali yang merekomendasikan resep tersebut. Setelah seleksi sana-sini, rata-rata hampir sama resepnya. Okelah kalau begitu akhirnya untuk perdana saya mencoba memasak sendiri Egg Chicken Roll buat kelurga tercinta sodarah-sodarah :D


Bahan isi:
500 gram ayam cincang
1 sdm tepung maizena
1 sdm tepung sagu
1 sdt kecap asin
1/2 sdm garam halus
1/2 sdm gula pasir
2 sdm minyak goreng
2 putih telur ayam
½ sdt minyak wijen (saya 1 sdm minyak wijen agar lebih harum aroma wijennya)
¼ sdt merica bubuk
3 siung bawang putih cincang dan tumis dengan 1 sdm minyak goreng

Bahan kulit:
3 butir telur + 2 kuning telur sisa bahan isi
80 gr terigu
20 gr maizena (+-1 sdm)
150 cc air
½ st garam halus
1 sdm mentega cair

Cara membuat:
1. campur semua bahan isi, dan aduk menggunakan tangan hingga rata
2. campur semua bahan kulit, kemudian dadar di teflon
3. isi kulit dengan bahan isi, kemudian gulung yang rapih
4. kukus +/- 30 menit
5. dinginkan, iris serong +/- sepanjang 2-3 cm, goreng sampai kuning kecoklatan.

Srikaya Pisang Pandan

Hidangan pencuci mulut ini rasanya manis gurih dan aroma santan telurnya begitu lembut di lidah. Bikin melek merem pokoknya saat menikmatinya hehehe... Salah satu jajanan warisan leluhur kita yang nikmat dinikmati saat musim apapun ataupun saat berbuka puasa.Saat musim panas, srikaya nikmat disantap dingin. Saat musim penghujan, hidangan ini nikmat sekali disantap saat masih hangat. Saat saya kecil ibu biasa membuatkan srikaya dengan gula merah / gula jawa. Namun suami lebih suka memakai gula pasir. Tapi menurut saya keduanya sama-sama enaknya. Kalau menggunakan gula merah, ada sensasi legitnya dari gula merah tsb, lebih arum lagi bila kita menggunakan gula aren. Namun jika menggunakan gula pasir, rasanya jadi lebih ringan, tidak seberat bila menggunakan gula merah. Yuk sekarang cekidot cara pembuatannya ;)

Bahan :
--------
200 ml santan kental
3 butir telor ayam
200 cc air
3 buah pisang ambon /raja nangka/kepok kuning (sesuai selera)
3 lembar roti tawar rasa pandan, tiap lembar iris kotak mjd 9 bagian
1/2 lembar daun pandan ( potong mjd 4 )
Gula pasir (sesuai selera)
1/2 sdt Garam

Cara Membuat :
-----------------
- Iris pisang bulat-bulat tipis (+- 1/2 cm), sisihkan.
- Kocok lepas telur.
- Aduk rata santan + air + gula pasir + garam + kocokan telur.
- Ambil pinggan untuk mengkukus ( kalau saya memakai rantang ukuran standart )
- Tuang adukan santan td ke pinggan setinggi kurleb 1 cm, kemudian tata separo irisan pisang.
- Tuangi lagi dengan setengah adukan santan
- Tata irisan roti tawar, tuangi sedikit adukan santan sampai membasahi roti tawar
- Tata sisa irisan pisang sampai habis, kemudian tuang sisa adukan santan.
- Beri hiasan sobekan daun pandan di atasnya
- Kukus selama kurleb 45 menit / sampai srikaya matang

05 Mei 2014

Cara Menambahkan ' LIKE BOX ' Facebook ke dalam Blog

Bila anda mempunyai FanPage di Facebook dan ingin memasang LIKE BOXnya di blog anda, berikut langkah mudah untuk membuatnya :
1. Klik link berikut ini LIKE BOX
2. Kemudian akan muncul jendela baru seperti ini :

3. Pada bagian Facebook Page URL isikan alamat URL dari Fanpage anda, contoh : https://www.facebook.com/griya.zahwa
4. Pada bagian Width dan Height, isi dengan ukuran pixel yang anda inginkan untuk lebar (width) dan panjang (height) dari LIKE BOX anda
5. Pada bagian Show Friend's Face, bila dicentang maka pada LIKE BOX akan dimunculkan foto-foto dari orang-orang yang sudah me-Like FP anda
6. Pada bagian Show Header, bila dicentang akan memunculkan tulisan header spt nampak pada foto di atas, dan anda bisa menghilangkannya dengan meng-un-check bagian tsb
7. Pada bagian Show Border, bila dicentang akan memunculkan garis border untuk LIKE BOX anda
8. Kemudian klik tombol GET CODE 

9.Lalu akan muncul jendela baru seperti ini : 
10. Pilih tab HTML5
11. Copy semua kode HTML tersebut
12. Login Blogger => Rancangan => Tambah Gadget
13. Pilih HTML/JavaScript, Paste-kan kode dr tab HTML5 yang sudah anda copy tadi
14. Save

02 Mei 2014

Pagiku, Mimpiku...

Pagi, kau buatku terjaga dr malamku 
Namun biarkan tetap kudekap senyumku 
Seperti malam mendekap indah setiap mimpiku 
Jangan biarkan lelah menghapusnya dari bibirku 
Jangan ijinkan gundah menggantinya jadi sendu 
Kau pagiku, kau mentariku... 
Ceriakan aku dengan cahaya hangatmu 
Kuatkan aku agar tak serapuh dahulu 
Agar saat kujelang lagi malamku, 
kaulah satu-satunya yang menjadi mimpiku
~ riana, 2 Mei 2014 ~

01 Mei 2014

Misoa Keju Goreng


Bahan-Bahan:
---------------------
130 gr misoa (1 bks) diseduh air panas, tiriskan
1 buah wortel diiris kotak kecil
1 btg daun bawang diiris halus
1 btg seledri diiris halus
2 butir telur dikocok
Keju parut

Bumbu :

  • ½ sachet masako rasa ayam (optional, kl sy pakai garam saja)
  • ½ sdt merica secukupnya
  • 3 butir bawang putih cincang hls
  • ½ bawang bombay cincang halus
  • 1 sdt garam (dicoba dulu kalo kurang bisa ditambahin)
Bahan Lumuran:
  • 2 butir telur dikocok 
  • garam (sedikit)
  • Merica bubuk secukupnya
Cara Membuat :
  • Tumis bumbu hingga harum, matikan kompor.masukan misoa yang telah diseduh dengan wortel, keju parut, daun bawang dan seledri, dan telur kocok, diaduk hingga rata.
  • Masukkan adonan ke dalam loyang yang telah dialasi plastik dan dioles mentega.
  • Kukus hingga matang (kurang lebih 20 menit), Biarkan dingin, baru dipotong-potong.
  • Lumuri potongan misoa dengan telur yang telah dikocok, Goreng hingga kecoklatan.
  • Sajikan dengan cabe rawit



Puding Pepaya

Puding yang satu ini sangat cocok sekali dijadikan pilihan buat camilan anak-anak saat musim kemarau. Hmmm....maknyess saat masuk ke kerongkongan, dingin dan adeeem, dan pastinya kaya akan serat. Seperti ibu-ibu tahu bahwa serat di dalam makanan sangat baik untuk pencernaan kita terutama buat anak-anak agar tidak sembelit. Serat dalam puding tsb selain dari buah pepayanya itu sendiri juga tentunya serat dari rumput laut si bahan baku agar-agar :). Resep puding ini saya peroleh dari ibu mertua yang memang hobbi sekali memasak membuat aneka hidangan lezat.


Bahan :
  • 1 pack agar2 wrn hijau / merah
  • 1 buah pepaya california ( pilih yg bagus dan merah ), belah 2 memanjang
  • 200 ml santan kental ( opsi : bisa diganti dg susu kental manis )
  • 600 ml air
  • gula pasir secukupnya
  • sedikit garam
  • 1 bks vanili bubuk

Cara Membuat :
  • Belah pepaya memanjang mjd 2 bagian. Buang bijinya dan bersihkan dr serabut bijinya yg menempel hingga bersih.
  • Gunakan sendok cocktail untuk melubangi bagian tengah pepaya, jgn kena dasar pepaya. Sisihkan bulatan2 pepaya di mangkuk
  • Campur air + santan + agar2 + gula + garam, masak dengan api kecil sambil terus diaduk agar santan tidak pecah. Masak hingga mendidih, matikan apinya. Aduk2 sebentar hingga uap panas agak berkurang, angkat.
  • Tuang larutan agar2 tsb ke dalam buang pepaya hingga 7/8 bagian. Lalu taburkan rata bulatan2 pepaya di dalamnya. Biarkan hingga membeku. Bila sudah beku masukkan ke lemari es.
  • Cara penyajian : Kupas kulit pepaya. Potong-potong melintang sesuai selera. 
Bila menggunakan agar-agar berwarna merah, hasilnya akan seperti di bawah ini :


Bolu Ketan Hitam

Hmmmm....bila disebut nama jajanan tsb fikiran langsung melayang membayangkan aroma harum nan khas dan nikmat saat bolu ketan hitam tsb dikeluarkan dr bakingpan...yummy abiezzz dah :) Tapi mungkin untuk yang kurang suka dengan aroma ketan hitamnya, akan terasa agak aneh bila pertama kali mencium aroma bolu tsb. Tapi buat saya yang pecinta bolu ini, aroma tsb seperti terhembus angin lalu, kalah dibandingkan nikmat rasanya hehehe... Yuk ah buat yang ingin membuat bolu ini untuk anggota keluarga tercinta silahkan intip resep di bawah ini. Resep ini saya kutip dari blognya almarhumah mbak Ruri.


Bahan :
  • 6 btr kuning telur
  • 5 btr putih telur, kocok kaku
  • 200 gr margarine
  • 200 gr gula halus
  • 200 gr tepung ketan hitam
  • 1 sdm emulsifier
  • 1 sdt baking powder
Cara Membuat :
  1. Siapkan loyang tulban 24cm, olesi margarine (aku gak make loyang tulban tapi pake loyang mawar)
  2. Kocok margarine dan gula sampai putih
  3. Masukkan telur satu-persatu sampai kental, masukkan emulsifier dan baking powder, kocok lagi sampai rata.
  4. Masukkan tepung ketan, aduk dengan menggunakan spatula sampai rata.
  5. Masukkan kocokan putih telur. Aduk rata.
  6. Tuang ke dalam loyang. Oven sampai matang..

My Kids and Hubby are my best customers ever *_^


Buncis Balacan

Bahan :
- 200 gr buncis muda
- 3 sdm myk goreng
- 1 sdm saus tiram

Bumbu (ditumbuk kasar) :
- 6 siung bwg merah
- 3 siung bwg putih
- 2 buah cabe rawit merah
- 3 buah cabe merah
- 1/2 sdt terasi goreng/bakar
- garam
- sedikit gula pasir (sesuai selera)



Cara Membuat :
- panaskan minyak grg. Tumis bumbu, aduk2 hingga harum dan bwg pth terlihat berubah wrn kecokelatan.
- Tambahkan garam dan gula pasir, aduk rata.
- Tambahkan sdkt air ( kira2 5-6 sdm ).
- tambahkan saus tiram.
- Masukkan buncis, aduk2 hingga buncis matang namun masih bertekstur renyah.
- Hidangkan dlm keadaan hangat

Perbedaan antara Kangkung Tanah dan Kangkung Air

Masyarakat awam mungkin tidak terlalu perhatian dengan jenis kangkung yang di beli di tukang sayur atau pasar. Sebenarnya kangkung yang biasa dijual di pasaran ada 2 jenis yaitu : kangkung tanah dan kangkung air. Apa sih bedanya ? dan apa rasanya juga berbeda ?

1. Kangkung Tanah


Ciri-cirinya :
  • Tumbuh di lahan / tanah yang tidak terendam air
  • Mempunyai batang yang agak kaku dibandingkan dengan kangkung air
  • Daunnya meruncing panjang
  • Teksturnya lebih renyah dibandingkan dengan kangkung air

2. Kangkung Air


Ciri-cirinya :
  • Tumbuh di lahan / tanah yang terendam air
  • Mempunyai batang yang mirip dengan tanaman merambat
  • Daunnya melebar
  • Teksturnya lebih mudah lembek saat dimasak
Nah...kini kita tahu cara membedakan dua jenis kangkung tersebut. Untuk masalah rasa, kedua jenis kangkung ini mempunyai rasa yang sama, hanya sedikit berbeda di teksturnya saja.