04 September 2014

Sang Penemu : Dunia Anak, Dunia Penuh Imaginasi

Dunia anak, pastilah kita semua sudah pernah mengalaminya. Seru, unik, dan penuh imaginasi. Namun meski sudah pernah mengalami dan melewatinya tetap saja kadang kita merasa tercengang, terbengong-bengong manakala menghadapi hal unik yang terjadi pada buah hati kita. Seperti hal unik satu ini yang saya alami pada " Vivi ", panggilan anak saya yang kedua.

Pada suatu hari dia pulang dari sekolah, dengan gembira ucap salam dan mencium tangan saya. Maknyesss rasanya ya tiap mendapat kehangatan seperti itu dari buah hati kita. Lalu dengan riangnya Vivi bercerita tentang apa yang dia lakukan hari itu di sekolah. Dari mulai bercerita kegiatan menggambar, bernyanyi, sampai pada teman-temannya yang usil juga Vivi ceritakan. Nah...tiba-tiba dia menyeletuk " Bun, kakak punya kejutan deh", sambil tangan mungilnya mengeluarkan sesuatu dari kantong baju seragamnya. Kemudian dengan lucunya dia bilang " Taraaa....liat, Bun. Kakak menemukan manik-manik ini di sekolah ". Makjleb deh rasanya hihihiii... Pengen ketawa saat itu, tapi takut dianya ngambek :). Lalu saya bilang padanya, "Ihh...kakak, jangan sembarangan pungut barang gak jelas di jalan atau di luar rumah. Siapa tau itu kotor, dan ada kumannya ". Eh...di luar dugaan saya tiba-tiba Vivi menjawab " Udah kakak cuci kok bunda di sekolahan tadi. Jadi udah bersih kan, Bun..?" Merasa tidak punya jawaban saat itu untuk menolak akhirnya saya iyakan saja. Esoknya saat Vivi di sekolah, saya beresin rumah dan melihat manik-manik yang ia temukan tergeletak di meja belajarnya. Tanpa pikir panjang manik-manik itu saya buang di tempat sampah. Yang ada dalam pikiran saya saat itu 'apaan sih ini, cuma manik-manik dari plastik'. Sepulang dari sekolah seperti biasa sehabis salam dan cium tangan tiba-tiba Vivi terlihat seperti mencari-cari sesuatu di mejanya. Melihat itu saya tanya apa yang ia cari. Ternyata ia mencari manik-manik yang ia temukan itu. "Waduh, Kak. Udah bunda buang. Orang cuma manik-manik gituan aja". Seketika itu juga wajahnya cemberut, untung tidak sampai menangis. Melihat itu saya jadi menyesal. Akhirnya saya bujuk dia bahwa nanti saya belikan yang baru kalau kebetulan ke toko fotocopy yang biasanya menjual pernak-pernik seperti itu. Diapun mengangguk dan bilang " Tapi janji ya nanti kakak dibeliin ".

Sebenarnya itu bukan kali pertama Vivi menemukan sesuatu benda dan di bawa pulang ke rumah. Sebelum-sebelumnya sudah berkali-kali dia melakukan hal yang sama. Hanya saja baru kali itu dia terlihat cemberut saat mengetahui benda temuannya saya buang. Biasanya dia lupa dan tidak pernah menanyakannya lagi. Berawal dari situ setiap kali Vivi pulang dan bercerita serta menunjukkan benda temuannya. Saya tidak pernah langsung membuangnya. Saya biarkan dia menikmati dan bermain dengan benda temuannya itu dengan catatan benda tersebut sudah bersih dan tidak berbahaya. Kalau sudah lewat beberapa lama, dan tergeletak beberapa hari di meja itu pertanda dia sudah mulai lupa dan bosan dengan benda temuannya tersebut. Barulah saya membuangnya agar tidak memenuhi rumah dengan benda-benda temuannya yang kadang menurut saya 'apaan sih ini' hehehe... Ini contoh benda-benda temuan Vivi yang masih "belum" dibuang :

Vivi dengan salah satu benda temuannya




Dari pengalaman tersebut jadi ada hal berharga yang bisa saya petik :
  • Dunia anak memang sangatlah berbeda dengan dunia kita orang dewasa. Anak-anak lebih berfikir simple, bermain, dan gembira
  • Dunia imajinasi anak bisa merubah benda yang kita lihat tidak berharga menjadi suatu benda yang sangat luar biasa
  • Memberi buah hati kita kesempatan berimajinasi akan membangun kreatifitas anak tersebut, so give it

01 September 2014

Festival Kuliner Serpong 2014 : Datang, Rasakan, dan Jelajahi Kekhasan Kuliner Sulawesi

Jelajah kuliner ?!? Hemm...pasti yang terbayang pertama kali adalah aneka hidangan yang begitu lezat dan menggugah selera ya. Apalagi kalau berjelajah kuliner nusantara, wah tidak pernah ada habisnya.  Nusantara dengan ribuan pulaunya menyimpan begitu banyak cita rasa nan khas yang patut untuk dilestarikan. Siapa lagi kalau bukan tugas kita sebagai pewaris budaya untuk melestarikannya. Sehingga kelak bisa kita wariskan dengan bangga untuk generasi selanjutnya. Betulll...? ;)