09 Desember 2014

Pengalaman Melahirkan Si Kecil : Mendebarkan dengan Riwayat Perdarahan dan Amniotomi

Meski bukan kehamilan yang pertama, namun kehamilan anak ketiga saya ini bisa dibilang cukup mendebarkan dan menegangkan dari mulai trimester pertama kehamilan hingga trimester akhir kehamilan. Semenjak memutuskan untuk memiliki momongan lagi ( anak ketiga ), saya sudah mempersiapkan mental sejak dini. Dengan pengalaman kehamilan pertama dan kedua menjadikan saya jauh lebih siap menghadapi kehamilan yang ketiga tersebut secara psikis. Namun ternyata semuanya di luar dugaan sebelumnya. Kehamilan ketiga saya tidak berjalan mulus seperti kehamilan pertama dan kedua. Berikut berbagi pengalaman kehamilan saya yang mendebarkan bersama Philips Avent #AVENTBabyBirth.
Sejak mengetahui positif hamil, saya tidak langsung terburu-buru memeriksakan kehamilan saya ke dokter spesialis kandungan seperti yang dulu pernah saya lakukan di kehamilan pertama dan kedua. Saya pikir nanti saja jika usia kandungan sudah memasuki minggu ke-8 atau bulan kedua. Saya mencoba menjalani hari-hari kehamilan saya dengan rileks. Tetap beraktifitas mengajar dan antar jemput anak-anak sekolah seperti biasanya, meskipun kehamilan ketiga saya ini ternyata sama dengan kehamilan pertama dan kedua yaitu saya mengalami mabok hebat di sepanjang hari, bukan hanya di pagi hari ( Morning Sickness ). Saya merasa saya cukup sehat dan kuat. Hingga memasuki usia kandungan di minggu ke-8, pada saat saya bersiap hendak memasuki kelas untuk mengajar tiba-tiba saya merasa ada cairan keluar cukup deras sebanyak dua kali, persis seperti hari-hari pertama bila mengalami menstruasi. Seketika itu perasaan saya menjadi tidak enak. Saya bergegas pergi ke toilet untuk memeriksa apakah gerangan yang terjadi. Ternyata dugaan saya benar, celana dalam saya sudah basah memerah oleh darah segar. Seketika itu saya langsung merasa lemas dan sudah pasrah untuk menerima kemungkinan terburuk sekalipun, yaitu keguguran. Dengan kondisi seperti itu, saya urung mengajar dan meminta ijin untuk pulang. Sesampainya di rumah saya menelpon ke berbagai rumah sakit terdekat yang masih ada jam praktek dokter spesialis kandungannya. Ternyata rata-rata jam praktek mereka sudah habis, dan baru ada jam praktek lagi sore hari. Dan baru sore harinya saya diantar suami pergi ke dokter spesialis kandungan. Saya berusaha menguatkan mental untuk menerima kabar seburuk apapun. Namun alhamdulillah...ternyata Allah sangat menyayangi kami. Dari hasil USG dokter mengatakan bahwa janin masih bisa diselamatkan. Kemudian saya diberikan resep obat penguat kandungan dan vitamin kehamilan, serta dianjurkan untuk total bedrest selama satu minggu penuh. Setelah seminggu meminum obat, flek-flek darah masih keluar juga. Akhirnya saya memutuskan untuk memeriksakan kembali kandungan saya. Setelah di USG, menurut dokter janin dalam kondisi baik dan menjelaskan bahwa flek-flek yang masih keluar tersebut adalah sisa-sisa perdarahan dan akan segera berhenti jika sudah habis. Dan memang benar, setelah dua minggu sudah tidak ada lagi flek-flek yang keluar. Alhamdulillah ya Rabb... Dan sebulan kemudian tepatnya memasuki usia kandungan 12 minggu baru saya periksa ke dokter kembali. Dari hasil pemeriksaan USG baru diketahui kembali bahwa penyebab perdarahan saya waktu itu karena letak plasenta yang sebagian menutup jalan lahir mungkin terkena goncangan acap kali saya bersepeda motor melewati jalanan yang terjal dan berbatu. Namun dengan bertambahnya usia kehamilan dokter memperkirakan semoga plasenta bisa naik sejalan dengan bertambah besarnya ukuran rahim. Dan lagi-lagi syukur alhamdulillah, perkiraan dokter memang benar adanya. Saya sedikit bisa bernafas lega.

Seiring berjalannya waktu, bertambah pula usia kehamilan saya. Dan semenjak terjadinya perdarahan itu saya selalu merasa resah. Kenapa? karena senantiasa muncul kekuatiran bahwa pada saat terjadi perdarahan tersebut ada sebagian anggota tubuh janin yang ikut meluruh. Yaa...saya sangat kuatir apabila nantinya debay lahir cacat. Hampir setiap malam selama sisa usia kehamilan saya tidak bisa tidur nyenyak memikirkan hal itu. Dalam setiap untaian doa yang saya panjatkan, saya selalu memohon pada Allah semoga janin saya baik-baik saja. Dan saya selalu rajin menyantap makanan bergizi dan meminum vitamin yang dokter resepkan setiap bulannya. Dengan harapan besar agar janin saya tumbuh sehat dan normal.

Dan tibalah waktunya kandungan saya memasuki usia 40 minggu. Namun anehnya saya belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan sama sekali. Sehingga pada jadwal kunjungan berikutnya yang kebetulan tepat di usia kehamilan 40 minggu, petang itu sekitar pukul 18.00 WIB dokter memberikan dua buah opsi pada saya, mengingat di usia kehamilan 40 minggu cairan omnion akan semakin berkurang dan kualitasnya akan semakin menurun, serta dikuatirkan semakin lama akan terjadi pengapuran. 
  • Opsi pertama, yaitu dilakukan tindakan Amniotomi, yaitu tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion.
    Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. 
  • Opsi kedua, yaitu menunggu selama 3 hari lagi, dan jika tidak juga terjadi kontraksi maka harus dilakukan induksi. 
Amniotomi

Setelah berdiskusi sebentar dengan suami, akhirnya kami memilih opsi yang pertama. Saat itu juga dilakukan pemeriksaan dalam dan dilakukan tindakan Amniotomi. Tidak memakan waktu lama, hanya sekitar satu menitan. Rasanya agak linu dan sakit pada saat dilakukan robekan terhadap selaput omnion. Dan setelah dilakukan tindakan amniotomi, langsung keluarlah cairan seperti lendir bercampur sedikit darah berwarna merah muda. Kemudian dokter mengatakan bahwa setelah tindakan tersebut diharapkan tengah malam itu atau paling lambat esok harinya saya sudah melahirkan. Dan memang benar, belum juga saya keluar dari klinik, rasa nyeri kontraksi mulai menjalar. Namun karena sorenya sebelum pergi ke dokter saya telah berjanji pada anak-anak akan makan malam di mall, sayapun tetap berusaha menemani anak-anak makan malam di resto yang kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari rumah, hanya sekitar lima menit perjalanan menggunakan mobil. Di sana selama menemani anak-anak makan, saya sudah semakin merasakan sakit kontraksi yang makin lama semakin menyengat dan beraturan. Menu makanan yang sudah saya pesan dan tersedia di depan mata seakan tidak mampu membangkitkan selera makan saya. Yang ada saat itu hanya ingin segera pulang ke rumah. Melihat kondisi tersebut, selepas makan kamipun segera kembali ke rumah. Saya merasa waktunya melahirkan sudah dekat. Saya segera mengambil tas yang berisi perlengkapan untuk melahirkan, yang memang sudah saya persiapkan beberapa hari sebelumnya. Saya lihat jam dinding menunjukkan pukul 21.00 malam. Suami meminta ijin untuk mandi sebentar sebelum berangkat mengantarkan saya ke klinik bersalin. Selama menunggu suami mandi, rasa sakit kontraksi semakin kuat dan jaraknya semakin dekat. Dengan berbekal pengalaman melahirkan dua kali sebelumnya, saya meminta suami untuk bergegas. Tepat pukul 21.30 kami sudah sampai di klinik bersalin. Dan saya segera diperiksa, ternyata sudah pembukaan empat. Saya diminta untuk berbaring di tempat tidur untuk bersalin sambil menunggu bidan datang dan perawat menyiapkan semua peralatan. Meskipun itu adalah proses melahirkan yang ketiga kalinya, namun dengan riwayat perdarahan di trimester pertama dan ditambah usia saya yang waktu itu sudah di atas 35 tahun membuat semuanya terasa berat. Suami dengan setia ada di samping saya, berdoa dan senantiasa memberikan dukungan bahwa saya bisa melewatinya. Dan malam itu, tepatnya pada hari Kamis 27 Maret 2014 sekitar pukul 22.30 lahirlah anak kami yang ketiga dengan selamat. Syukur alhamdulillah tak henti-hentinya terucap dari bibir saya dan suami. Semua kekuatiran saya sirna sudah. Debay lahir normal dan selamat tak kurang satu apapun. Berlinang air mata saya atas segala anugerah yang Allah berikan. Debay lahir dengan berat 4100 gram dan panjang 52 cm. Subhanallah...kuasa Illahi yang tiada tara. Dan masih antara haru bahagia, tiba-tiba saya rasakan kecupan hangat suami mendarat di kening saya beserta ucapan " terima kasih ya, Bun...". Dan selang tak berapa lama debay sudah selesai dibersihkan kemudian segera dibisikkan lantunan adzan oleh suami ke telinga si kecil yang kemudian kami beri nama "Rafasha Kenzo Syahrian" yang memiliki arti : Anak laki-laki yang cerdas, pandai, dan berkedudukan tinggi. Semoga kelak engkau tumbuh menjadi anak yang sholeh, cerdas dan memperoleh kedudukan tinggi sesuai dengan namamu ya, Nak... aamiin...

Kenzo beberapa saat setelah lahir

Kenzo usia 1 hari
Kenzo usia 7 bulan 3 minggu